Bismillahirahmanirahim...
Tangan berbisik dayu rindu untuk menaip melempiaskan kata hati dan bisikan naluri minda dan jiwa.
Oh! Sudah lama aku tinggalkan halaman ini terbiar kosong.
kasihan pada yang setia menyemak dan membuka halaman yang sepi ini.
Tiada apa yang bisa kutitipkan disini hanya contengan kasar yang tidak mampu terluah dek sang bibir.
Hanya memendam dan terus memendam.
Tidak bukan!
Bukan memilih untuk tidak bersuara namun lebih baik dibiarkan ia diam dan membisu.
Jika dibiarkan ia berkata-kata akan ada hati yang terluka dan nyawa yang terguris.
Ya,Benar!
Pedih memendam rasa itu seperti belati yang tajam menusuk hati dan dibiarkan sepi berdarah,
Ia seperti yang aku gambarkan, sangat pedih.
Apakan daya aku hanya mampu memandang dan melihat fenomena itu.
Disitu ada hati yang perlu aku jaga.
Disitu ada hati yang sangat rapuh.
Disitu ada hati yang aku sayang.
Mana mungkin untuk aku melukai hati-hati itu.
Bodoh?
Maaf bukan bodoh tapi satu sifat yang sebati dalam diri.
Menyuarakan itu benar namun ada gaya dan caranya.
Setiap orang mempunyai cara dan penyampaian menyuarakan mereka yang tersendiri.
Dan untuk itu aku memilih cara untuk memendam dan membisu.
Sakitnya bukan kepalang.
Hanya aku yang rasa.
Hanya aku yang telan.
Hanya aku yang faham apa rasa hati ini.
Bukan tidak mahu berkongsi namun payah untuk ditukar menjadi kata-kata.
Hanya diri aku sendiri yang menelan erti rasa si KECUNDANG.
- Syakila Hisam
Tangan berbisik dayu rindu untuk menaip melempiaskan kata hati dan bisikan naluri minda dan jiwa.
Oh! Sudah lama aku tinggalkan halaman ini terbiar kosong.
kasihan pada yang setia menyemak dan membuka halaman yang sepi ini.
Tiada apa yang bisa kutitipkan disini hanya contengan kasar yang tidak mampu terluah dek sang bibir.
Hanya memendam dan terus memendam.
Tidak bukan!
Bukan memilih untuk tidak bersuara namun lebih baik dibiarkan ia diam dan membisu.
Jika dibiarkan ia berkata-kata akan ada hati yang terluka dan nyawa yang terguris.
Ya,Benar!
Pedih memendam rasa itu seperti belati yang tajam menusuk hati dan dibiarkan sepi berdarah,
Ia seperti yang aku gambarkan, sangat pedih.
Apakan daya aku hanya mampu memandang dan melihat fenomena itu.
Disitu ada hati yang perlu aku jaga.
Disitu ada hati yang sangat rapuh.
Disitu ada hati yang aku sayang.
Mana mungkin untuk aku melukai hati-hati itu.
Bodoh?
Maaf bukan bodoh tapi satu sifat yang sebati dalam diri.
Menyuarakan itu benar namun ada gaya dan caranya.
Setiap orang mempunyai cara dan penyampaian menyuarakan mereka yang tersendiri.
Dan untuk itu aku memilih cara untuk memendam dan membisu.
Sakitnya bukan kepalang.
Hanya aku yang rasa.
Hanya aku yang telan.
Hanya aku yang faham apa rasa hati ini.
Bukan tidak mahu berkongsi namun payah untuk ditukar menjadi kata-kata.
Hanya diri aku sendiri yang menelan erti rasa si KECUNDANG.
- Syakila Hisam
Comments
Post a Comment
Drop me your opinions